ArtikelPojok Guru

MODEL PENGAJIAN SISWA BERBASIS AUGMENTED REALITY QR CODE

Dian Sugiana

Awal Ramdani Kurnia

Guru SMP Negeri 1 Cibalong Kab. Tasikmalaya

    Dengan segala keterbatasan dan kerendahan hati maka izinkanlah penulis  untuk sekedar berbagi inovasi yang semoga terpatri menjadi soluasi sebagai wacana pada ranah keagamaan. Kita bisa memastikan bahwa tidak terlalu sulit nampaknya bahwa setiap kita pasti mengetahui dan mengalami mengenai adanya acara pengajian, baik di kantor, tempat tinggal maupun sekolah. Pada acara ini kita berpendapat bahwa pasti bertujuan secara khusus sebagai upaya dalam pembinaan mental spiritual beragama dan juga sebagai bentuk silaturahmi. Pendeknya, untuk  kalangan muslim istilah acara pengajian sudah tidak asing lagi. Dalam tulisan ini penulis akan mengupas secara sederhana tentang inovasi model pengajian yang umumnya dilaksanakan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman penulis. Selanjutnya, penulis akan mencoba mengulas secara sederhana mengenai model pengajian yang berbasis Augmented Reality QR Code yang tentunya akan terintegrasi dengan teknologi dalam penyampaian materi pengajian.

    Tanpa mengurangi rasa hormat dan tidak pula bermaksud menggurui kepada semua maka penulis pada tataran awal  akan menguraikan dulu mengenai model pengajian yang umumnya biasa kita dilaksanakan. Pada umumnya, model ceramah merupakan cara yang dipilih dalam penyampaian materi yang biasa dilaksanakan. Cara ini sering dinamakan ceramah umum atau jika melibatkan jumlah massa yang banyak dan tempatnya luas, lazim disebut Tabligh Akbar. Inti dari model pengajian seperti ini adalah bagaimana caranya agar penceramah bisa menyampaikan materi ceramah secara langsung dan penerima bisa paham serta melaksanakan pesan baik dari penceramah. Pada model ini, sisi baiknya adalah : bisa memperkuat mengenai syiar islam dan adanya wahana memperkuat silaturahmi bagi semua dalam bingkai mencari ilmu demi memperkuat pemahaman dalam kehidupan beragama. Untuk mengurangi kekurangan dalam hal penyampaian  maka umumnya penceramah acapkali menambahkan kesan humor supaya penerima pesan bisa fokus dan materi penyampaian tidak monoton serta akhirnya semua menjadi paham. Pendek kata, lebih jauh penulis meyakini bahwa semua pasti telah mengetahui dan paham mengenai model pengajian seperti ini. Semua itu pasti tahu jika ditelaah dari pengalaman hidupnya dalam beragama sebagai muslim.

    Selanjutnya, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati maka penulis mencoba menyajikan model pengajian berbasis teknologi sebagai wacana pelengkap model yang ada dengan mengintegrasikan teknologi sebagai bantuan penyampai pesan baik dari penceramah. Hal ini dihadirkan dengan alasan sebagai bentuk adaptasi moral dan pengetahuan atas kemajuan teknologi dan menyadari adanya generasi yang lahir dan berbeda peradabannya dari sebelumnya. Penulis berpendapat bahwa sebagai muslim kita harus berupaya beradaptasi dengan peradaban dalam segala hal, termasuk dalam hal ini model pengajian sebagai media mencari ilmu untuk kemajuan. Salah satu ide yang penulis sajikan adalah model pengajian berbantuan Augmented Reality jenis QR Code. Model ini haruslah disertai dengan kapasitas siswa atau jumlah peserta terbatas. Selanjutnya, kondisi generasi pun disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kondusifitas acara pengajian dan penajaman materi yang disampaikan guru penceramah. Jangan sampai kita dan siswa berkumpul berkumpul tapi minim ilmu yang terkumpul yang dampaknya pada amalan pemahaman yang lambat meningkat.

    Berikut ini langkah persiapannya. Pemateri menyiapkan bahan materi yang akan disampaikan dalam bentuk tulisan. Materi tersebut dibuat menjadi bentuk QR Code di internet selanjutnya diunduh kode QR nya dan dicetak pada kertas. Selanjutnya di potong kecil-kecil untuk dibagikan nanti kepada jamaah siswa yang hadir. Pada saatnya pengajian akan dilaksanakan,  jamaah siswa dihimbau membawa smartphone aktif atau jika tidak membawa bisa berbagi dengan teman yang hadir. Perlu diingat bahwa jamaah siswa yang hadir pun sebelumnya harus sudah mengunduh dan memasang aplikasi pembaca QR Code yang banyak tersedia di smartphone. Guru di awal harus menyampaikan tentang upaya pemasangan aplikasi pembaca QR Code dan atau ada arahan siswa atau panitia penyelenggara sebelumnya.

    Selanjutnya, langkah pelaksanaan.  Guru sebagai penceramah selaku pemateri membuka pengajian dengan arahan sebagai pengantar. Lalu guru penceramah berkoordinasi dengan penyelenggara dan mempersilahkan siswa yang dituakan membagikan kode QR yang telah dicetak kepada jamaah siswa yang hadir, Jamaah siswa mulai melakukan scanning pada cetakan QR Code dan membaca dalam hati tentang materi penceramah. Selanjutnya terjadi dialog antara pemateri dan jamaah siswa yang hadir. Penceramah selaku guru pemateri menerangkan mengenai materi yang berpotensi belum dipahami oleh jamaah siswa dan materi yang ditanyakan oleh jamaah siswa.Terakhir, guru sebagai pemateri dengan ceramahnya menutup sajian materi dengan kesimpulan  dan memanjatkan do’a untuk keberkahan semuanya.

    Terakhir, penulis sampaikan bahwa hal yang telah dipaparkan sangat sederhana, belum sempurna, minim referensi pendukung dan tentunya butuh praktek nyata dalam beradaptasi. Penulis menyambut baik jika ada dari pihak terkait atau yang berkepentingan untuk mencoba model ini demi kemajuan bersama. Mengingat hal yang penulis ungkapkan di atas merupakan hal yang sangat baru. Selanjutnya, hal ini pun  sebagai adaptasi dari kemajuan teknologi yang harus senantiasa bermanfaat untuk kemajuan keberlangsungan generasi sesudah kita. Penulis berpikir bahwa model ini bisa diterapkan terutama pada pengajian siswa sebagai generasi muda untuk pembinaan mental spiritual lewat program maghrib mengaji atau pengajian sejenisnya.

    Terakhir, dari ide ini ujungnya adalah kita bisa menghadirkan sebuah modul ajar digital yang bisa menjadi model ajar pengajian. Wallohu’alam.

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *