ArtikelPojok Guru

Menata Jejak Pikiran (Oleh : Dian Sugiana, S.Pd. | Guru SMPN 1 Cibalong)

Kita telah ketahui dan pahami bersama bahwa Tuhan YME telah menciptakan kita dengan sempurna, mencakup tubuh,akal.budi,dan pikiran. Keistimewaan itu menjadi hal utama kita untuk ditata  dengan baik agar kemuliakan kita tetap terjaga. Topik yang akan dikupas oleh penulis yaitu  upaya menata pikiran. Hal ini didasari oleh adaya fenomena zaman terkini yang serba digital  yang menawarkan banyak kemudahan dan tantangannya.Upaya menata jejak pikiran yang penulis maksud adalah dengan menulis.Apapun bentuknya, dapat berupa artikel,puisi,cerpen, pantun,,dan sebagainya.

Sebenarnya setiap orang memiliki kemampuan menulis.Kemampuan menulis ini bisa ditata menjadi sebuah jejak pikiran yang dapat dimunculkan melalui media di zaman ini . Penulis mengamati bahwa untuk membuat jejak pikiran bagi setiap orang sangatlah penting apalagi bagi seorang guru. Jejak pikiran seorang guru akan muncul dan sangat membekas pada anak didiknya. Inilah yang penulis opinikan bahwa dalam pendidikan akan berlansung proses tranformasi peradaban sepanjang sejarah manusia.

Kemampuan menulis saat ini sangat penting sebagai jawaban atas munculnya fenomena era new media yang akhirnya memicu  aktivitas dalam menambah pengetahuan. Penulis berpendapat itulah yang kita kenal dengan istilah merdeka belajar Maksudnya adalah kemampuan menulis dapat dimunculkan di new media sekarang ini, contohnya media sosial (facebook, WA, instagram,tik tok, blog,dll) akan memicu orang untuk belajar dalam mengoptimalkan pikiran. Dulu segala informasi pendidikan dan pengetahuan diperolehh dari buku atau seorang guru. Di era digital sekarang ini, apapun bisa diperoleh lewat dunia maya dan media sosial. Guru di sekolah bisa menjadi klarifikator bagi siswa atas apa yang disajikan di dunia maya dan media social.Itulah salah satu tugas guru dalam rangka mencerdsakan kehidupan bangsa dan membimbing untuk menerapan akhlaq mulia.

Berikut ini adalah sumber ide untuk sebuah tulisan sebagai jejak pikiran, . Penulis kutip dari ungkapan tulisan wartawan senior Media Indonesia, Gantyo Koespradono (2009),  antara lain (1) Melihat peristiwa, Setiap kita pastilah banyak melihat peristiwa dalam hidupnya. Pastilah ada hal yang sangat menarik perhatian. Renungkanlah kemudian hubungkan dengan peristiwa lain dan pastilah akan menghasilkna tulisan.(2) Mendengat sesuatu.Setiap kita pastilah memiliki telinga untuk mendengar.Biasakanlah mendengar sesuatu yang baik yang nantinya mendatangkan ide untuk tulisan. Dari kegiatan mendengar radio atau bahkan obrolan tetangga atau obrolan di warung kopi pun dapat menjadi inspirasi untuk sebuah tulisan.Bahkan obrolan seperti itu lebih murni dan asli. Arinya bukan pesanan seperti yang biasa dilontarkan oleh pengamat politik atau partai politik.(3) Membaca. Aktivitas membaca akan kunci untuk mendatangkan ide.Sumber bacaan bisa buku,koran, majalah,tulisan di meda sosial, dll.(4) Pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi bisa mendatangkan ide tulisan, contohnya saat reuni SD,SMP atau SMA, kita bertemu dan bercakap-cakap serta bersenda gurau. Semua itu ada ceritanya untuk bisa mejadi sebuah ide untuk kita dituliskan.Pengalaman tidak mesti kenangan masa lalu. Pengalaman bertemu seseorang, bepergian, di sekolah, bergaul di lingkungan sekitar, dll.Pokoknya pengalaman apapun bias menjadi tulisan, termasuk pengalaman yang pahit yang pernah dialami.(5) Melengkapi kekurangan.Jika membaca sesuatu pastilah ditemukan hal-hal yang kita anggap kurang lengkap. Kekurangan itulah yang menjadi ide tulisan kita untuk melengkapinya. Intinya adalah kekurangan pada pada karya orang lain dapat menjadi ide buat tulisan kita.(6) Memperoleh informasi baru. Beruntunglah jika memliki informasi yang baru yang orang lain belum mengetahuinya. Hal ini bisa menjadi ide tulisan untuk disampaikan pada orang lain. Sebenarnya banyak hal lain yang bisa mendatangkan ide untuk tulisan, termasuk rasa gemas, jengkel,sedih dll. Semua itu dapat kita optimalkan dengan pemberdayaan panca indera kita sebagai aktualisasi dari adanya proses berpikir.

Setelah kita memiliki ide tulisan maka kita dapat memuatnya dalam berbagai media. Menurut, Gantyo Koespradono pula, ada hal keuntungan menulis di era new media, antara lain : menguasai ruang dan waktu, real time, segmented, bebas memilih target pembaca, mudah disebarluaskan, semakin mudah diakses dimanapun dan kapan pun.

Terakhir, jejak pikiran yang diungkap melalui tulisan akan menjadi ciri bahwa kita adalah istimewa yang bisa menata pikiran kita dalam buah tulisan untuk kemajuan generasi sesudah kita. Pendek kata, menulis itu ciri atau bukti bahwa orang bisa berpikir. Penulis berprinsip bahwa jika kita membutuhkan generasi yang baik maka kita pun dibutuhkan..            

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *